Monday, June 02, 2008

Susahnya Menjadi Seorang REMAJA

Jo Wilisgiri atau biasa dipanggil dengan Jo, sedang mengalami perubahan dari anak-anak menjadi remaja, karena ia baru saja menjadi murid baru di SMP. Ia merasa menjadi remaja itu sangat menyulitkan dan menyusahkan. Hal-hal yang dilakukan saat SD sudah terasa kuno bagi teman-temannya di SMP. Banyak juga berbagai aturan untuk menjadi seorang remaja. Semuanya berubah, dan itu membuat Jo tidak tahu harus bagaimana. Bagi Jo, masa SMPnya itu : MENGERIKAN.


Apalagi, Sally, sahabat Jo dari SD dulu, yang juga sama-sama bersekolah di sekolah dan kelas yang sama saat SMP ini pun mulai berubah. Sally mulai jauh darinya, dan bergabung dengan sekelompok cewek (bisa dibilang geng) yang cukup gaul dan tajir. Sally juga mulai mengikuti gaya cewek elite. Hanya kadang-kadang saja, kalau ada perlu, Sally datang pada Jo dan meminta bantuannya. Hal tersebut semakin membuat Jo kangen dengan masa-masa SD.


Kalau Sally memilih untuk mengikuti klub paduan suara bersama teman-teman se-gengnya, Jo lebih memilih untuk ikut klub Sastra. Tadinya, Jo memang asal-asalan tidak sengaja saja memilih klub Sastra, tapi klub Sastra-lah yang membuat Jo berubah. Jo berubah menjadi lebih aktif, dan mulai menyukai buku, sastra, ya semua yang berhubungan dengan menulis. Apalagi, di klub Sastra, Jo mulai kenal dan untuk pertama kalinya menyukai seorang cowok, siapa lagi kalau bukan Ketua Klub Sastra yaitu Andre. Padahal, selama ini Jo sangat membenci dan tidak suka dekat dengan yang namanya cowok. Dan, dari klub sastra juga, Jo sadar kalau ia ternyata memiliki potensi dalam menulis.


Banyak hal dialami Jo, baik di dalam sekolah dan di lingkungan sekitar rumah Jo. Bahkan Jo sempat juga ikut merasakan bagaimana rasanya menjadi cewek gaul bersama Sally dan geng elite-nya. Jo, juga sempat merasakan bagaimana rasanya punya pacar, untuk pertama kalinya. Sayangnya, semua yang dialami Jo tidak berlangsung lama. Tapi berbagai hal yang dialami Jo tersebut, membuat Jo bisa mengambil hikmah atau sisi positifnya. Jo juga lebih kuat, tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negatif, dan lebih menghargai kedua orang tuanya yang sering bersikap tegas dan menerapkan berbagai aturan (yang sebenarnya baik) untuk anak-anaknya.


Novel bergenre teenlit ini cukup ringan. Memang, sih, awalnya terasa agak membosankan, atau rasanya biasa saja. Tapi selanjutnya, cukup menarik juga, karena kisah ini memang mungkin pernah kita rasakan (untuk yang sudah tidak remaja lagi) dan sedang dirasakan (untuk seorang remaja). Buku ini pas banget untuk remaja, karena masalah-masalah yang dialami Jo adalah masalah umum yang sering dialami remaja. Ada banyak hal positif yang dapat diambil dari novel ini. Coba saja lihat bagaimana Jo menyikapi berbagai hal yang terjadi dan mengambil berbagai hikmah dari kejadian-kejadian yang dialaminya atau orang-orang di sekitarnya. Intinya sih, sebagai seorang remaja, jangan hanya selalu ikut-ikutan dengan hal-hal yang mungkin saja dapt menjurumaskan kita ke dalam pergaulan negatif, tapi isilah dengan berbagai prestasi dan sikap yang baik, serta aktif, yang tentunya dapat menjadi contoh orang-orang di sekeliling kita.





Judul buku : Jurnal Jo

Pengarang : Ken Terate

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit : Januari 2008

Jumlah Halaman : 240 halaman

No comments: