Monday, June 02, 2008

The Bookaholic Club


Des—seorang penyihir, Tori—gagap dan culun, Chira—memiliki indra keenam dan bisa melihat hantu, Erin—cantik dan populer. Keempat remaja yang sebenarnya memiliki sifat yang bertolak belakang ini akhirnya bertemu. Walaupun mereka bersekolah di sekolah yang sama, tapi sebelumnya mereka tidak saling mengenal. Des, Tori, dan Chira lebih suka menyendiri. Des lebih suka menyendiri, karena ia tidak ingin ada orang lain yang tahu kalau sebenarnya dia adalah seorang penyihir (memiliki kekuatan sihir). Des dan orang tuanya khawatir dengan anggapan dan sikap orang lain yang akan menjadi sinis bila mengetahui kalau ia sebenarnya memiliki kekuatan sihir. Tori lebih senang menyendiri, karena ia sadar kalau ia gagap dan merasa minder dengan teman-teman lainnya, apalagi ia sadar pula kalau dirinya tidak sekaya seperti teman-teman lainnya (karena ia bisa masuk ke sekolah elite dan cukup bagus karena beasiswa yang diperolehnya). Chira lain lagi. Ia suka menyendiri karena kemampuan indra keenam dan bisa melihat hantunya itu sering membuat teman-temannya ketakutan. Sedangkan Erin, siswa baru, yang sangat cantik dan langsung populer dengan sendirinya, memang memiliki banyak teman (yang pasti karena kecantikan dan kekayaan kedua orang tuanya), tapi itu membuat ia jenuh dan sebenarnya sangat terpaksa untuk selalu menjadi miss populer dan miss perfect. Erin sudah tidak dapat membedakan mana teman yang memang benar-benar tulus ingin berteman dengannya atau teman yang hanya tertarik karena kecantikan dan kekayaan orang tuanya. Mereka pun dipertemukan oleh buku, karena ternyata mereka sama-sama menyukai buku.

Karena buku pula, mereka menjadi semakin akrab. Mereka pikir, mereka bisa berteman seperti itu karena kebetulan atau tanpa sengaja. Tapi, ternyata tidak. Mereka memang sengaja dipertemukan oleh Kakek Lim, seorang pemilik toko buku antik—toko yang sering dikunjungi oleh Des dan Chira. Kakek Lim mengatakan kalau mereka memang terpilih untuk menyelamatkan banyak orang (khususnya remaja), akibat dari perbuatan Katrina—nenek moyang Des yang juga seorang penyihir, yang agak menyimpang. Pada jaman dulu, Katrina sangat ingin berkuasa dan melebihi penyihir lainnya, sehingga ia pun melanggar kode etik para penyihir yaitu dilarang bekerja sama dengan kekuatan gelap. Akhirnya Katrina menyadari kesalahannya. Tapi saat ia berusaha memperbaiki kesalahannya, ia meninggal di tengah jalan. Katrina membiarkan bayangan masuk ke dunia, membuka portal ke dunia gelap dari mana bayangan berasal. Bayangan pun merenggut nyawanya, menelan jiwanya, tak ada yang bisa menyelamatkannya lagi. Akibatnya, tiap seratus tahun sekali, portal itu terbuka dan meminta banyak korban. Bayangan pun meminta darah keturunan Katrina. Tapi, karena belum ada keturunan Katrina yang bisa mematahkan kutukan dari dunia kegelapan, maka bayangan pun terus meminta korban.

Keempat remaja ini pun merasa bingung antara percaya dan tidak. Terutama Des, karena dia kunci utama dalam penyelesaian masalah ini. Mereka semakin bingung apa yang harus mereka lakukan. Mereka juga tidak tahu bagaimana menemukan portal dan media perantara dari bayangan itu. Petunjuk mereka hanya sebuah buku peninggalan Katrina yang seluruh mantranya dituliskan dengan Futhark—semacam huruf hieroglif.

Novel bergenre teenlit fantasi ini cukup menarik. Dari judulnya, mungkin kita melihat kalau novel ini seperti novel kebanyakan. Tapi, ternyata, tema dan isinya agak berbeda dari novel biasanya, karena unsur fantasi atau khayalan ditambahkan dalam novel ini. Novel ini cukup membuat kita penasaran dan tertarik untuk membacanya sampai selesai. Indahnya persahabatan pun bisa kita rasakan dalam novel ini. Persahabatan yang tulus, tanpa membeda-bedakan keadaan seseorang ini dapat menjadi contoh yang baik dalam kehidupan nyata.





Judul buku : The Bookaholic Club

Pengarang : Poppy D. Chusfani

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit : Oktober 2007

Jumlah Halaman : 192 halaman

Susahnya Menjadi Seorang REMAJA

Jo Wilisgiri atau biasa dipanggil dengan Jo, sedang mengalami perubahan dari anak-anak menjadi remaja, karena ia baru saja menjadi murid baru di SMP. Ia merasa menjadi remaja itu sangat menyulitkan dan menyusahkan. Hal-hal yang dilakukan saat SD sudah terasa kuno bagi teman-temannya di SMP. Banyak juga berbagai aturan untuk menjadi seorang remaja. Semuanya berubah, dan itu membuat Jo tidak tahu harus bagaimana. Bagi Jo, masa SMPnya itu : MENGERIKAN.


Apalagi, Sally, sahabat Jo dari SD dulu, yang juga sama-sama bersekolah di sekolah dan kelas yang sama saat SMP ini pun mulai berubah. Sally mulai jauh darinya, dan bergabung dengan sekelompok cewek (bisa dibilang geng) yang cukup gaul dan tajir. Sally juga mulai mengikuti gaya cewek elite. Hanya kadang-kadang saja, kalau ada perlu, Sally datang pada Jo dan meminta bantuannya. Hal tersebut semakin membuat Jo kangen dengan masa-masa SD.


Kalau Sally memilih untuk mengikuti klub paduan suara bersama teman-teman se-gengnya, Jo lebih memilih untuk ikut klub Sastra. Tadinya, Jo memang asal-asalan tidak sengaja saja memilih klub Sastra, tapi klub Sastra-lah yang membuat Jo berubah. Jo berubah menjadi lebih aktif, dan mulai menyukai buku, sastra, ya semua yang berhubungan dengan menulis. Apalagi, di klub Sastra, Jo mulai kenal dan untuk pertama kalinya menyukai seorang cowok, siapa lagi kalau bukan Ketua Klub Sastra yaitu Andre. Padahal, selama ini Jo sangat membenci dan tidak suka dekat dengan yang namanya cowok. Dan, dari klub sastra juga, Jo sadar kalau ia ternyata memiliki potensi dalam menulis.


Banyak hal dialami Jo, baik di dalam sekolah dan di lingkungan sekitar rumah Jo. Bahkan Jo sempat juga ikut merasakan bagaimana rasanya menjadi cewek gaul bersama Sally dan geng elite-nya. Jo, juga sempat merasakan bagaimana rasanya punya pacar, untuk pertama kalinya. Sayangnya, semua yang dialami Jo tidak berlangsung lama. Tapi berbagai hal yang dialami Jo tersebut, membuat Jo bisa mengambil hikmah atau sisi positifnya. Jo juga lebih kuat, tidak mudah terpengaruh dengan hal-hal yang negatif, dan lebih menghargai kedua orang tuanya yang sering bersikap tegas dan menerapkan berbagai aturan (yang sebenarnya baik) untuk anak-anaknya.


Novel bergenre teenlit ini cukup ringan. Memang, sih, awalnya terasa agak membosankan, atau rasanya biasa saja. Tapi selanjutnya, cukup menarik juga, karena kisah ini memang mungkin pernah kita rasakan (untuk yang sudah tidak remaja lagi) dan sedang dirasakan (untuk seorang remaja). Buku ini pas banget untuk remaja, karena masalah-masalah yang dialami Jo adalah masalah umum yang sering dialami remaja. Ada banyak hal positif yang dapat diambil dari novel ini. Coba saja lihat bagaimana Jo menyikapi berbagai hal yang terjadi dan mengambil berbagai hikmah dari kejadian-kejadian yang dialaminya atau orang-orang di sekitarnya. Intinya sih, sebagai seorang remaja, jangan hanya selalu ikut-ikutan dengan hal-hal yang mungkin saja dapt menjurumaskan kita ke dalam pergaulan negatif, tapi isilah dengan berbagai prestasi dan sikap yang baik, serta aktif, yang tentunya dapat menjadi contoh orang-orang di sekeliling kita.





Judul buku : Jurnal Jo

Pengarang : Ken Terate

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit : Januari 2008

Jumlah Halaman : 240 halaman

Thursday, November 22, 2007

Resensi Buku:Kintaholic

Judul : Kintaholic
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang : Primadonna Angela
Genre : Teenlit (Novel Remaja)
Halaman : 248
Resensi oleh : Chellyvia Tri Wijayanti

Ini dia, satu lagi pilihan novel yang menarik untuk remaja, karya Primadonna Angela, yaitu Kintaholic. Novel ini mungkin bisa dikatakan sisi lain dari Belanglicious, novel Primadonna Angela sebelumnya. Tapi, jangan kuatir, walaupun belum membaca Belanglicious, kita masih tetap bisa mengerti isi cerita dari novel ini. Kalau Belanglicious bercerita mengenai Lietha, kali ini Kintaholic bercerita mengenai Yanik (sahabat Lietha) dan Kinta (kakak angkat Lietha).

Cerita dalam novel ini, berawal dari kekaguman Yanik pada sosok Nishio Kintaro, atau biasa dipanggil Kinta. Kinta adalah seorang pemain film dan dorama Jepang yang sangat terkenal dan populer di seluruh dunia. Kinta memiliki banyak fans yang sangat mengidolakannya, dan fans Kinta ini menyebut diri mereka sebagai Kintaholic. Nah, sebenarnya, Yanik ini adalah salah satu Kintaholic itu. Tapi, semua itu disembunyikan dan hanya disimpannya dalam hati. Sampai-sampai dia takut untuk menceritakan kekagumannya akan sosok Kinta pada Lietha. Karena Lietha yang sudah dianggap adik oleh Kinta tersebut, kurang suka dengan ulah dan tingkah laku Kintaholic yang menurutnya sering kelewatan.

Alhasil, Yanik terus menyimpan kekagumannya itu sendiri, sambil berharap kalau suatu hari dirinya bisa bermain bersama Kinta dalam film atau dorama Jepang. Ternyata, harapan dan impian Yanik terwujud! Pada waktu itu, Kinta mengadakan audisi untuk mencari aktris Indonesia yang bisa diajak bekerja sama untuk film terbarunya, dan tentu saja syaratnya harus bisa berbahasa Jepang. Yanik yang memang sudah mempelajari bahasa Jepang sebelumnya itu pun mencoba untuk ikut audisi, dan akhirnya dia terpilih.

Pada Lietha, Yanik tetap tidak mengatakan rasa sukanya pada Kinta, Yanik hanya beralasan kalau Kinta membuatnya terpacu untuk lebih jago dalam berakting, karena dia ingin bisa eksis di dunia akting seperti Kinta. Untungnya Lietha percaya. Beberapa waktu kemudian, Yanik pun berangkat ke Jepang bersama Lietha, Aldi (pacar Lietha), dan Kinta, tentunya. Selama di Jepang, mereka akan tinggal di rumah Kinta. Ada banyak cerita seru saat persiapan Yanik ke Jepang sampai saat ia dan lainnya berada di Jepang. Mulai dari usaha Yanik menghitamkan kulit, tiba-tiba Yanik disukai oleh manajer Kinta yang suka sesama jenis, diganggu berandalan, jalan-jalan di Disneyland, mantan pacar Kinta yang kembali ke kehidupan Kinta, sampai pada kebingungannya mengatakan yang sesungguhnya pada Lietha, dan kebingungannya dalam mengungkapkan perasaannya pada Kinta. Nah, apakah Yanik mau mengaku pada Lietha kalau dia adalah Kintaholic? Apakah kekaguman dan rasa suka Yanik pada Kinta tersampaikan? Supaya tahu bagaimana akhir ceritanya sih, lebih asyik kalau baca bukunya sendiri.

Novel ini sendiri agak bernuansa Jepang, karena sebagian besar settingnya memang di Jepang, dan tokoh Kinta sendiri memang berasal dari Jepang. Yang pasti, buku ini cukup menghibur dan jadi bahan bacaan yang menarik saat senggang. Cukup sesuai-lah untuk usia remaja. Sedikit pesan yang bisa diambil dari cerita dalam Kintaholic ini, yaitu jika kita benar-benar berusaha, mudah-mudahan kita bisa meraih mimpi atau cita-cita kita impikan itu. Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini, selama kita mau mencoba. Buktinya, Yanik juga bisa meraih mimpinya untuk bisa main film bersama Kinta, yang sangat diimpikannya itu!





Bisa dilihat jg di :http://kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&dn=20071119142917

Thursday, October 04, 2007

Buku Favorit bulan Agustus dan September

Buku Favorit bulan Juli/Agustus: Autmn in Paris-Ilana Tan (nih buku bikin emosi jiwa alias sukses bikin terharu dengan ceritanya.Oke bangeeeet)

Buku Favorit bulan September: Upit Kejepit - Tria Barmawai
Say No to Love - Wiwin Wintarto

Thursday, June 28, 2007

Psikologi juga Manusia Biasa ^_^





Amira Januari atau biasa dipanggil Mira, merintis karirnya mulai dari bawah, hingga akhirnya bisa menjadi psikolog terkenal yang memiliki banyak klien, sampai mengisi rubrik konsultasi setiap minggu di koran nasional, dan talkshow konsultasi di sebuah radio, di Makassar. Sebagai seorang psikolog, Mira selalu tampil cuek dan apa adanya. Saran Mira pun terkadang cukup kontroversial. Itulah yang membedakan Mira dengan psikolog lainnya.

Ardi, seorang pengusaha sukses, single, berusia 30-an, yang tidak sengaja bertemu dengan Mira, tertarik dan berusaha mendapatkan cinta Mira. Ardi juga berkeinginan untuk menjalin hubungan yang serius ke arah pernikahan dengan Mira. Sebenarnya, Ardi berhasil mencuri perhatian Mira. Mira pun sempat tergoda untuk menerima ajakan Ardi mengenai hubungan mereka. Tapi, karena perceraian orang tuanya di masa lalu, menyebabkan Mira fobia pada publikasi dan pernikahan. Jadi, Mira berusaha menghindari dan menghilangkan perasaannya pada Ardi.

Suatu hari, radio tempat Mira mengisi acara talkshow konsultasi, mengadakan seminar konsultasi yang juga akan membahas mengenai berbagai permasalahan yang ada. Mira diminta untuk tampil sebagai pengisi materi, karena selama ini Mira-lah yang selalu mengisi acara talkshow di radio tersebut. Tadinya, Mira menolak untuk tampil dalam seminar itu, karena Mira sama sekali tidak suka dengan publikasi. Ia sengaja menyembunyikan dirinya selama ini. Tapi, akhirnya, Mira menyanggupi juga permintaan itu.

Ruang seminar penuh sesak saat seminar itu berlangsung. Antusiasme pengunjung cukup besar, karena materi yang dibawakan Mira cukup ringan, dan mampu memancing respon pengunjung. Tiba-tiba, seluruh pengunjung dikejutkan dengan sebuah pertanyaan sekaligus tuduhan yang ditujukan Ayu kepada Mira. Mira dituduh selingkuh dengan Putra, mantan pacarnya saat kuliah dulu, yang juga adalah suami Ayu, kliennya sendiri, sekaligus adik Ardi. Siapa yang menyangka, kalau akhirnya, karir Mira yang sukses, hancur seketika karena publikasi itu. Mira jadi tak berdaya, karena semua menganggap Mira sebagai wanita penggoda dan perebut suami orang. Padahal, sebenarnya tuduhan itu tidak benar. Untung saja, masih ada sahabat-sahabat Mira yang selalu mendukung dan memberikan semangat untuknya.

Novel bergenre metro pop ini cukup ringan dan menarik. Judulnya pun cukup unik. Bingung menyebutnya seperti apa? Menurut penulisnya, kata Psycho-logyve (Psychologyve) berasal dari dua kata, yaitu Psychology dan Psycho Love. Karena terdapat pengulangan kata “lo-”, maka penulis mencoret kata-kata “gy-”, hanya semata-mata agar judul tersebut terlihat lebih bagus saja, sehingga lebih terdengar seperti Psychology Love. Jadi, bisa disimpulkan kalau judul sebenarnya adalah Psychologyve.

Ada beberapa bagian dalam novel ini, yang rasanya, memang sering dialami dalam kehidupan nyata, seperti, perceraian orang tua yang bisa berakibat buruk bagi beberapa anak dalam memandang kehidupan dan masa depannya. Dan, itu pun bisa dialami oleh seorang psikolog. Ya, walau bagaimana pun psikolog juga manusia biasa yang bisa memiliki masalah dalam hidupnya, seperti yang lainnya juga.

Selain itu, novel ini membuat kita tersentuh dengan beberapa pesan yang tersirat di dalamnya, diantaranya, yaitu bagaimana seharusnya kita untuk lebih baik dalam memandang suatu pernikahan, dan bagaimana menghadapi segala masalah yang datang tiba-tiba, dengan tegar serta penuh kesabaran.

Nah, bagaimana kehidupan Mira selanjutnya setelah publikasi itu? Kalau penasaran dengan kelanjutan ceritanya, coba deh, baca novel ini. Novel ini bisa juga, kok, jadi bacaan saat senggang.


Judul buku : Psycho-logyve (Psychologyve)

Pengarang : Syafrina Siregar

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Terbit : Mei 2007

Jumlah Halaman : 224 halaman

Tiga Venus by Clara Ng



Judul : Tiga Venus
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengarang : Clara Ng
Genre : Novel Metropop
Halaman : 293
Resensi oleh : Chellyvia Tri Wijayanti

Sudah pernah baca buku trilogi Indiana Chronicle yang cukup terkenal itu? Kalau sudah baca, pasti tidak asing lagi dengan pengarangnya dong. Nah, kali ini Clara Ng, pengarang buku trilogi Indiana Chronicle, Dimsum Terakhir, dan beberapa buku lainnya tersebut mengeluarkan lagi sebuah buku terbarunya yang berjudul tiga venus. Seperti buku-buku sebelumnya, Clara Ng masih setia mengusung genre novel metropop, dan ceritanya masih seputar kehidupan wanita, tapi dengan tema yang berbeda tentunya.

Cerita ini berawal dari kehidupan tiga orang wanita : Juli, Emily, dan Lies. Ketiganya hidup berdekatan atau bertetangga. Juli adalah tetangga depan rumah Emily, sedangkan Lies adalah tetangga belakang rumah Juli. Walaupun bertetangga, tapi mereka tidak begitu dekat, hanya sekedar tahu atau sekedar menyapa saja. Ketiganya juga memiliki status dan kehidupan yang benar-benar berbeda. Juli adalah seorang ibu rumah tangga sejati yang ceria dengan tiga orang anak (Nico, Maretta, dan Marcello) yang sebenarnya cukup banyak menyita perhatiannya. Selain menjadi ibu rumah tangga, Juli juga membuka bisnis catering sebagai bisnis sampingan, tapi anak tetap prioritas utama untuknya, meskipun kadang benar-benar sangat merepotkannya. Lain Juli, lain pula dengan Emily. Emily adalah seorang wanita karir yang berstatus masih lajang. Ia adalah wanita yang cukup sukses, modern, sangat sibuk setiap harinya, cukup tegas dan sangat bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, karena ia menjadi kepercayaan bosnya dalam mengurus berbagai hal dalam bisnis perhiasan. Tapi sayangnya, kesuksesan dan kemapanannya dalam berkarir malah membuatnya tidak ingin menikah dan berkomitmen dengan laki-laki, menurutnya lebih enak hidup sendiri karena bisa memutuskan segala sesuatunya sendiri tanpa campur tangan orang lain, padahal ia sudah menginjak usia 31 tahun. Sedangkan Lies adalah seorang guru SMU yang berstatus janda. Lies termasuk wanita yang agak diam dan terlihat selalu serius, walaupun begitu sebenarnya ia sangat suka anak-anak dan sangat ingin sekali mempunyai anak. Tapi ia cukup trauma dengan pernikahannya di masa lalu, karena mantan suaminya banyak melakukan kekerasan padanya saat ia masih berstatus menjadi istrinya, sehingga ia tidak pernah lagi membuka hatinya pada orang lain. Apalagi status janda yang disandangnya serta pandangan negatif orang terhadap statusnya itu, membuatnya semakin tertekan dan agak menutup diri, terutama terhadap laki-laki.

Suatu hari, di hari yang panjang dengan berbagai aktivitas yang cukup melelahkan, mereka akhirnya bisa melepaskan lelah di tempat mereka masing-masing. Juli berada di rumah sakit, karena anaknya, Nico, sakit. Emily berada di kamarnya, setelah mengurusi pekerjaan bersama bos besarnya, Pak Richard, yang cukup cerewet. Dan Lies berada di rumahnya, setelah menjenguk siswanya yang melakukan aborsi. Sebenarnya ketiganya sama-sama merasa cukup lelah dengan kehidupan masing-masing yang dilalui setiap harinya. Malam itu ada bintang jatuh. Dan tanpa sadar, mereka mengucapkan sebuah keinginan dalam hati mereka masing-masing...

Keesokan harinya, ketika bangun dari tidur, mereka mendapati bahwa mereka berada dalam tubuh yang berbeda. Juli berada dalam tubuh Lies, Lies berada dalam tubuh Emily, dan Emily berada dalam tubuh Juli. Ternyata tubuh mereka tertukar! Nah, ketika mereka bertukar tubuh inilah, kejadian-kejadian heboh dan cerita-cerita seru tercipta.

Hari pertama sih mereka lalui dengan perasaan yang was-was, dan agak cemas juga, karena apa yang mereka lakukan benar-benar berbeda dari kebiasaan mereka sehari-hari. Tapi untuk hari-hari berikutnya mereka bertiga sepakat untuk saling membantu satu sama lain, walaupun untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan masing-masing terasa sangat susah sekali. Emily yang terbiasa menangani berbagai tugas kantornya, terpaksa harus berusaha menjadi ibu yang baik seperti yang biasa dilakukan Juli. Emily harus sabar menghadapi ketiga anak Juli yang cukup merepotkan, mengurus suami Juli (Kevin) yang kadang-kadang cuek, dan yang paling menyebalkan adalah harus menghadapi mertua Juli yang super bawel. Emily yang terbiasa melakukan segala sesuatunya dengan bebas, salah satunya yaitu merokok, sudah tidak bisa bertingkah sembarangan seperti itu lagi, karena tubuh Juli sedang mengandung dan ia harus berperan menjadi ibu yang baik untuk ketiga anak Juli. Sementara itu, Juli lebih santai dalam menghadapi pertukaran tubuh itu. Walaupun sebenarnya ia tidak pernah memiliki pengalaman mengajar, tapi ia berusaha belajar untuk bisa menghadapi murid-murid Lies. Ia juga harus menangani masalah siswa Lies (Kim) yang sebenarnya pintar tapi hamil di luar nikah. Sedangkan Lies, agak kewalahan juga harus menangani urusan kantor yang sama sekali tidak ia mengerti sebelumnya dan harus sering bersama bos besar (Pak Richard) yang cukup cerewet. Ribet itu pasti. Nggak kebayang deh gimana heboh, seru, dan lucunya tiga wanita ini menghadapi pertukaran tubuh mereka.

Supaya lancar dalam melaksanakan perannya, mereka saling berkomunikasi, untuk saling bertukar informasi mengenai diri mereka masing-masing, Mereka juga benar-benar saling membantu bila ada masalah, dan berusaha memecahkannya bersama-sama. Dan itu membuat mereka semakin hari semakin dekat dan bersahabat. Mereka juga membawa perubahan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri yang sesungguhnya dan juga untuk diri mereka yang tertukar itu.

Gaya mengajar Juli sebagai Lies lebih santai, dan tidak kaku lagi. Juli sebagai Lies bisa menjadikan sosok Lies lebih ramah, peduli, dan lebih terbuka dengan orang lain. Juli mempelopori demo bersama guru-guru lainnya, agar sekolah memperhatikan, merangkul dan bukannya menjauhi siswanya yang bermasalah. Juli bisa dengan puasnya membalasa rasa sakit Lies pada mantan suami Lies yang sempat datang dan bermaksud ingin kembali. Dan Juli bisa membuat Lies dekat dengan seorang laki-laki yang juga sama-sama guru, yaitu Moza. Sementara itu, Lies sebagai Emily, bisa menangani pekerjaannya dengan baik, walaupun tetap dibantu oleh Emily. Lies lebih bisa memahami bosnya. Dan Lies sebagai Emily juga bisa mendekatkan sosok Emiliy dengan seorang cowok yang sangat dikagumi Emily yaitu Gregory. Lies yang sesungguhnya pun akhirnya sudah bisa menerima segala sesuatunya dengan lebih baik. Apalagi Lies juga bisa membalaskan dendamnya dengan meng’hajar’ habis-habisan Orien, mantan suaminya, dengan berbagai wawancara yang cukup sulit, sewaktu Orien melamar kerja di perusahaan Emily. Kalau Emily tadinya berpikir tidak ada manfaat sama sekali dan perubahan yang berarti dengan menjadi Juli. Tapi ternyata, tanpa disadari, Emily lebih memahami dan merasakan peran serta jasa seorang ibu yang sesungguhnya. Emily juga menjadikan sosok Juli yang lebih tegas pada sekolahan tempat anaknya didik, dan dalam menasehati anak-anaknya. Apalagi saat Emily sebagai Juli ulang tahun, ia mendapatkan surprise dari suami Juli (Kevin), Ibu mertua Juli, anak-anak, dan kehadiran Lies serta Juli sebagai sahabat. Di situ Emily merasakan cinta dan kehangatan keluarga yang sesungguhnya. Dan itu membuat pandangannya selama ini tentang pernikahan berubah.

Beberapa waktu kemudian, pada saat Emily dalam tubuh Juli akan melahirkan di rumah sakit, jiwa mereka sempat bertukar-tukar lagi. Setelah Emily, Lies sempat masuk dalam tubuh Juli. Untuk sesaat Jadi Emily dan Lies benar-benar tahu rasanya akan melahirkan itu seperti apa. Pada akhirnya mereka kembali juga ke tubuhmereka masing-masing. Pertukaran itu membuat diri mereka yang sesungguhnya menjadi lebih baik. Sikap dan pandangan hidup mereka juga berubah menjadi lebih baik lagi. Dan mereka pun bersahabat sampai seterusnya, meskipun sudah kembali ke tubuh mereka masing-masing.

Lucu, seru, dan haru. Tiga kata yang dapat mewakili dari buku ini. Itulah sebabnya buku ini terasa menarik. Walaupun tema impian ‘bertukar tubuh’ ini sering dibuat dalam sebuah cerita, tapi cerita dalam buku ini disampaikan dalam bentuk yang berbeda. Secara nggak langsung, buku ini banyak mengambil kisah yang sering terjadi dan dialami oleh masyarakat atau bahkan orang-orang di sekeliling kita (terutama wanita, makanya pas banget kalau buku ini dikatakan feminin karena bercerita seputar wanita). Mulai dari masalah pendidikan yang seharusnya sekolah bisa lebih memperhatikan dan me’rangkul’ siswanya yang bermasalah, status janda yang masih dianggap negatif di masyarakat, rasa trauma yang dialami karena kekerasan dan akibat dari perceraian, serta pandangan seseorang dalam menilai sebuah penikahan. Masalah-masalah tersebut pun bisa dilalui dan diatasi ketiga tokoh dengan cara terbaik menurut mereka. Dan karena pertukaran tubuh itulah mereka bisa bersahabat sampai seterusnya.

Nah, kadang kita suka mengharapkan sesuatu dalam hati saat bintang jatuh, tapi kenyataannya yang ada malah benar-benar berbeda dari yang diinginkan. Jadi, saat bintang jatuh jangan sembarangan mengucapkan keinginan, karena bisa-bisa ikut bertukar tubuh seperti mereka lagi...

Friday, April 27, 2007

Naga Bonar Jadi 2


Menurutku film Naga Bonar jadi 2 ini adalah film Indonesia yg paling bagus, dan wajib ditonton. Karena film ini seru banget, dan penuh dengan berbagai macam rasa deh (ada serunya, ada kocaknya, ada sedihnya, dan ada senengnya... pokoknya campur aduk). Deddy Mizwar berhasil membuat film ini menjadi benar-benar menarik. Akting Deddy Mizwar juga oke banget, kayanya pemain-pemain muda malah kalah dan mungkin harus lebih banyak 'berguru' sama aktor sekaligus sutradara dari film Naga Bonar Jadi 2 ini.

Nah, berhubung aku sudah nonton dari awal-awal bulan, dan baru sekarang meresensinya, jadi aku 'comot' aja sinopsisnya dari website http://www.nagabonar2.com. Ini dia sinopsisnya:

NAGABONAR JADI 2
(film 35 mm)

Film ini merupakan sekuel dari NAGABONAR, produksi 1986, yang saat itu sukses meraih prestasi kualitas (Film Terbaik FFI 1987) sekaligus mendulang prestasi dalam mengumpulkan jumlah penonton.

Diproduksi atas kerjasama PT Demi Gisela Citra Sinema dengan PT Bumi Prasidi Bi-Epsi, film “NAGABONAR jadi 2” (NBj2) didedikasikan kepada Almarhum Drs Asrul Sani yang telah menciptaan tokoh rekaan NAGABONAR – pencopet yang diangkat jadi Jenderal dalam perang kemerdekaan.

Setelah kemerdekaan, NAGABONAR (Deddy Mizwar) seorang diri berhasil membesarkan anaknya, BONAGA (Tora Sudiro) - buah hati hasil pernikahannya dengan KIRANA (almarhumah), yang kini sukses jadi pengusaha di Jakarta.

Sebagai anak, BONAGA memiliki persamaan watak dan karakter dengan Bapaknya: jujur, bertanggungjawab, dan juga sama-sama tak mampu menyatakan cinta pada wanita. Dengan jiwa kepemimpinannya, BONAGA - bersama POMO (Darius Sinathrya), RONNIE (Uli Herdinansyah), JAKI (Michael Muliadro) - mengelola bisnis yang strategis. BONAGA bersama tiga sahabatnya merupakan cermin anak muda modern: metroseksual, pintar, cerdas, dan dinamis.

Konflik utama film ini adalah saat BONAGA dan sahabat-sahabatnya ingin ‘menjual’ kebun kelapa sawit milik Bapaknya di kampung halamannya, Sumatra Utara, kepada investor dari Jepang untuk dijadikan sebuah resort. Tentu saja NAGABONAR sangat marah sebab di kebun itu terdapat tiga kuburan orang yang ‘selalu hidup’ di hati NAGABONAR: KIRANA – istrinya, MAK-nya, dan Si BUJANG – sahabatnya. “Apa kata dunia?”

MONITA (Wulan Guritno), konsultan bisnis BONAGA, yang cantik, mandiri, profesional, dan mencintai BONAGA, berusaha menjembatani konflik antara Bapak dengan anak itu.

Pertemuannya dengan UMAR (Lukman Sardi), anak seorang pejuang yang jadi sopir bajaj dan menjalani kehidupan sederhana, menjadi titik balik sikap NAGABONAR dalam melihat dunia dan kehidupan.

Dikemas dalam drama komedi, film “NAGABONAR jadi 2” sarat dengan pesan tentang: CINTA laki-laki dan perempuan, CINTA orangtua dan anak, CINTA dalam persahabatan, CINTA tanah air, termasuk CINTA dalam melihat “perbedaan”. (*)